Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan berencana pensiun setelah dua periode menjabat sebagai bos BI. Ia pun memberi pesan khusus kepada para penggantinya kelak.
Sebagaimana diketahui, Perry menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia pada 2018-2023. Lalu, ia kembali dipilih Presiden Joko Widodo dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk memimpin BI pada periode 2023-2028.
“Saya akan pensiun setelah lima tahun ini. Siapa yang duduk di bangku depan ini mungkin akan menjadi pemimpin baru Indonesia, yang muda akan menjadi pemimpin,” kata Perry dalam acara 18th Bulletin of Monetary Economy & Banking International Conference (BMEB) and Call for Papers 2024, Senin (29/7/2024).
Perry mengatakan, bagi para calon penggantinya kelak, ada tantangan yang tidak mudah yang harus cepat direspons oleh seorang Gubernur BI, yakni adaptasi terhadap pesatnya perkembangan digitalisasi.
“Apa yang menjadi perbedaan utama dari sekarang ke masa depan? Kemampuan Anda untuk beradaptasi dan mengadopsi digitalisasi. Saya ulangi lagi, kemampuan Anda untuk mengadopsi digitalisasi, yang kini sudah membentuk ulang hidup kita,” ucap Perry.
Perry mengatakan, Gubernur BI mendatang tidak lagi hanya memiliki modal kecerdasan kognitif, melainkan kecerdasan dalam memimpin atau mengorkestrasi suatu lembaga. Sebab, kecerdasan kognitif kini menurutnya sudah bisa digantikan oleh teknologi digital, seperti kecerdasan buatan atau Artificial intelligence (AI)
“BI kini pun sudah menggunakan AI untuk memprediksi inflasi, pertumbuhan ekonomi, konsumsi, bahkan pengukuran terhadap kinerja institusi. Digitalisasi sudah terjadi sekarang dan akan berkembang lebih pesat ke depan,” ucapnya.
“Kecerdasan kognitif anda akan digantikan oleh AI dan apa yang membedakan anda dengan AI adalah perilaku, perilaku kepemimpinan anda,” tegas Perry.
Ia pun menyarankan kepada para penggantinya menonton film berjudul Atlas untuk memperkuat sisi kemampuan kecerdasan memimpin itu. Dalam film itu, menurutnya pemenang ialah orang yang mampu beradaptasi dan tidak mudah didikte oleh AI.
“Cobalah menonton film berjudul Atlas. Atlas adalah film yang bagus. Yang bertahan adalah yang bisa mengubah perilaku ke masa depan tanpa didikte oleh AI,” ucap Perry.
Ia pun menekankan, digitalisasi kini telah mendorong perubahan secara menyeluruh aktivitas ekonomi, mulai dari sisi industri yang bertransformasi, pendidikan, sektor keuangan, sistem pembayaran, kesehatan, hingga seluruh aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
“Jadi digitalisasi di sisi lain juga telah meningkatkan efisiensi dan meningkatkan produktivitas di berbagai sektor melalui otomasi, analitik data yang efektif, hingga penguatan platform digital. Tetapi yang perlu direspons ada risiko digitalnya oleh para pemimpin ke depan, seperti risiko operasional, khususnya serangan siber dan perubahan perilaku individu,” tutur Perry.