Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah menentukan pilihan soal siapa Menteri Keuangannya. Sosok miliarder pengelola dana lindung nilai, Scott Bessent, akan menggantikan Janet Yellen per Agustus 2025 nanti.
Bessent adalah mantan eksekutif Soros Fund Management, yang dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi pendukung vokal kebijakan mantan presiden tersebut, mulai dari tarif hingga pemotongan anggaran. Dalam sebuah artikel opini baru-baru ini di Fox News, ia tegas mengatakan bahwa kebijakan tarif tidak bersifat inflasioner, menolak pandangan 16 ekonom bahkan pemenang Hadiah Nobel bahwa rencana untuk mengenakan tarif yang luas dapat memicu kembali kenaikan harga.
Mengutip CBS News, Bessent merupakan lulusan Universitas Yale, AS. Awalnya ia ingin menjadi jurnalis, tetapi ketika ia tidak mendapatkan jabatan sebagai editor Yale Daily News, ia mengubah haluan.
Bessent mendapatkan magang dengan manajer keuangan Jim Rogers, mitra pertama George Soros dan salah satu pendiri Quantum Fund. Di sinilah ia mulai menunjukkan ketertarikan ke dunia keuangan.
“Dan ia bahkan menawarkan – yang sangat penting bagi saya – tempat untuk menginap di sofa kantor,” kata Bessent kepada Yale Daily News saat diwawancarai,dikutip Selasa (26/11/2024).
Bessent sendiri adalah CEO dan Chief Investment Officer dari dana lindung nilai yang berbasis di New York, Key Square Capital Management, menurut S&P Capital IQ. Ia juga mengajar di Universitas Yale, menawarkan kelas tentang pasang surut ekonomi pada abad ke-20 dan sejarah dana lindung nilai.
Anak Didik George Soros
Bessent sendiri merupakan anak didik Soros. Walaupun Soros sebenarnya dipandang negatif oleh banyak kaum konservatif, yang mendukung Trump.
Meski begitu, Trump memandang pengalaman Bessent bekerja untuk Soros sebagai hal yang positif. Bahkan, Trump kabarnya sangat terkesan dengan kekayaan investor legendaris itu.
“Saat bekerja di Soros Fund Management, Bessent bertaruh melawan yen, menghasilkan hampir $1 miliar selama periode tiga bulan,” tulis catatan Wall Street Journal (WSJ).
Pandangan Politik dan Ekonomi?
Dalam sebuah opini bulan Oktober di The Economist, Bessent secara khusus menyebutkan globalisasi sebagai pemicu meningkatnya ketimpangan di AS. Ini menurutnya telah menyebabkan kesenjangan sosial dan ekonomi yang semakin lebar.
“Populasi kelas menengah dan pekerja di Barat semakin waspada terhadap globalisasi,” tulisnya.
“Satu-satunya cara untuk mempertahankan manfaat sistem perdagangan internasional adalah dengan mempertanyakan beberapa asumsi yang keliru dan memperbaruinya untuk situasi saat ini,” tambahnya.
Di antara pembaruan tersebut, program unggulan Trump yakni tarif, dianggap Bessent penting. Tarif impor alias pajak yang diterapkan AS atas barang yang masuk ke dalam neger diyakininya akan dapat meningkatkan pendapatan ke Departemen Keuangan, mendorong bisnis untuk memulihkan produksi, dan mengurangi ketergantungan kita pada produksi industri dari pesaing strategis.
Menurut WSJ, ia juga bahkan menyarankan Trump untuk membuat kebijakan “3-3-3”. Mencakup pemotongan defisit anggaran hingga 3% dari PDB pada tahun 2028, mendorong pertumbuhan PDB hingga 3% melalui deregulasi dan memompa 3 juta barel minyak tambahan setiap hari.
Seorang Gay
Bessent sendiri sekarang tinggal di negara bagian asalnya, South Carolina, bersama suaminya, mantan jaksa penuntut New York City, John Freeman. Pasangan gay ini memiliki dua orang anak.
“Jika Anda memberi tahu saya pada tahun 1984, saat kami lulus (dari Yale), dan banyak orang meninggal karena AIDS, bahwa 30 tahun kemudian saya akan menikah secara resmi dan kami akan memiliki dua anak melalui ibu pengganti, saya tidak akan mempercayai Anda,” kata Bessent kepada majalah alumni Yale pada tahun 2015.