Ditendang Avanza Cs, Mobil Eropa di RI Ramai-Ramai Ambruk

Foto kolase Avanza, Innova, Brio, Sigra. (CNBC Indonesia)
Foto: Foto kolase Avanza, Innova, Brio, Sigra. (CNBC Indonesia)

Penjualan mobil Eropa terus mengalami penurunan dan kalah saing dengan mobil asal Jepang. Hal ini berujung pada tindakan tegas yang dilakukan perusahaan asal Eropa di Indonesia.

Untuk diketahui, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan dari pabrikan ke diler atau wholesales selama tujuh bulan awal tahun 2024 sejumlah 484.235 unit atau turun 102.696 unit (-17,5%) jika dibandingkan periode yang sama 2023.

Sedangkan retail sales atau penjualan dari diler ke konsumen juga terpantau anjlok dari 578.891 pada Januari-Juli 2023 menjadi 508.050 pada periode yang sama 2024 atau turun sebesar 12,2%.

Secara bulanan pun, terpantau penjualan mobil relatif rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pada April 2024 saja, penjualan mobil tercatat yang terendah yakni 48.702 unit dan tertinggi hanya sebesar Maret 2024 sebesar 74.723.

Sementara penjualan mobil pada Juni dan Juli 2024 relatif stabil di angka 74.623 unit dan 74.160 unit.

Di tengah penurunan penjualan hingga Juli 2024 ini, namun mobil asal Jepang masih cenderung dilirik oleh masyarakat. Berbeda halnya dengan mobil asal Eropa yang cenderung memiliki pangsa pasar yang rendah.

Mobil BMW dan Morris Garage (MG) saja masing-masing hanya memiliki porsi 0,5% pada 2024 ini. Berbeda jauh dengan Toyota, Daihatsu, dan Honda yang masing-masing memiliki market share 32,4%, 20,5%, dan 11,1%.

Wholesales mobil Eropa periode Januari-Juli 2024 pun cenderung mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebagai contoh BMW turun 1,8%, Mercedes-Benz PC turun 37,6%, Peugeot turun 80,1%, Volkswagen turun 68,7%, dan Audi turun 51,5%.

Begitu pula penjualan ritel mobil Eropa yang turun, seperti BMW 1,2%, Mercedes-Benz PC (Passenger Car) turun 32%, Peugeot turun 80,1%, Volkswagen turun 53,9%, dan Audi turun 54,5%.

Beberapa bulan lalu, mobil asal Prancis, Peugeot, memutuskan tak lagi berjualan di Indonesia. Pengamat Otomotif, Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, pasar mobil Indonesia didominasi segmentasi konsumen berpendapatan menengah-bawah dengan daya beli terbatas. Uniknya, konsumen menuntut utilitas fungsi yang tinggi, desain yang menarik, kaya akan fitur, juga murahnya perawatan.

Akibat tak memiliki segmentasi pasar yang jelas, bukan mobil mewah tapi juga bukan mobil murah, menyebabkan Peugeot sulit bertahan.

“Itulah penyebab Low-Cost Green Car (LCGC) menguasai pasar Indonesia. Di sini, sejak lama, Peugeot tidak masuk ke segmentasi pasar tersebut,” katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (7/5/2024).

Selain Peugeot, pabrikan mobil asal Jerman, Volkswagen (VW) tengah dalam situasi sulit memasarkan produknya di Indonesia. Penjualan mobil Volkswagen di Indonesia sangat minim.

Dari sisi prinsipal pabrik di Jerman, situasi saat ini disebut sangat genting sehingga kemungkinan langkah-langkah efisiensi perlu dilakukan untuk “mempersiapkan masa depan” perusahaan perlu dilakukan.

“Industri otomotif Eropa berada dalam situasi yang sangat menuntut dan serius,” kata CEO Volkswagen Group Oliver Blume dalam sebuah pernyataan tertulis, dikutip CNBC International, Selasa (3/9/2024).

Oliver mengatakan perusahaan sekarang harus bertindak tegas. Volkswagen mengatakan bahwa merek-merek dalam perusahaan tersebut perlu menjalani “restrukturisasi menyeluruh”.

Mobil Eropa Tak Laku di Indonesia

Dikutip dari Auksi, setiap produsen mobil di seluruh penjuru dunia, pasti memiliki style yang khas daripada mobil lainnya. Misalnya, mobil Jepang dengan mobil Amerika dan Eropa sudah tentu memiliki gaya, desain, hingga fitur yang bervariasi.

Mobil buatan Jepang cenderung simpel dan futuristik. Hal ini cukup berbeda dari gaya wilayah Eropa yang cenderung mewah dan eksklusif. Perbedaan ini bisa terjadi karena kultur budaya antar negara tersebut berbeda.

Selain karakter mobil setiap region yang khas, kualitas hingga desainnya pun juga beragam.

Sebagai informasi, dari segi fitur, Jepang terkenal karena memakai teknologi yang canggih dan fleksibel. Performa mesinnya pun ekonomis dan mampu melaju kencang.

Di sisi lain, mobil Amerika Serikat memiliki kapasitas mesin yang besar, namun teknologinya belum terlalu canggih.

Nah, untuk Eropa, performa mesinnya halus dan bertenaga. Apalagi, fitur-fitur yang tersemat pun tidak kalah canggih dari Jepang.

Kemudian, dari sisi bahan bakar, produk otomotif Jepang khususnya mobil memiliki keunggulan pada bagian efisiensi bahan bakar yang hemat dibandingkan mobil lainnya. Selain itu, mobil Eropa juga terkenal sebagai mobil yang ramah lingkungan.

Lebih lanjut, dari sisi biaya perawatannya untuk mobil besutan Eropa cenderung lebih mahal karena bahan baku yang digunakan lebih berkualitas dan suku cadangnya cukup terbatas. Hal ini berbeda dari suku cadang Jepang yang lebih murah dan mudah ditemukan.

Di pasar otomotif global, mobil produksi Eropa memiliki harga yang relatif lebih mahal karena desainnya yang mewah dan klasik.Oleh sebab itu, harga mobil buatan Amerika dan Jepang relatif lebih murah daripada milik Eropa yang memang terbuat dari bahan-bahan premium sehingga biayanya fantastis.

Dengan kondisi kantong masyarakat Indonesia saat ini, akan sangat sulit untuk membeli mobil yang cukup mewah.

Data Gaikindo menunjukkan bahwa mobil LCGC cenderung diminati masyarakat Indonesia dengan total penjualan sekitar 22% atau sebanyak 104.452 unit.

Sedangkan sisanya yakni mobil dengan tipe 4X2 dengan CC hingga 2.501 dengan pangsa pasar 54% (sejumlah 259.646 unit).

Jika dilihat lebih rinci, masyarakat cenderung membeli mobil untuk keperluan keluarga agar dapat membawa anak-anak dan barang-barang daripada membli mobil yang hanya mampu menampung sedikit penumbang dan sedikit barang.

Salah satu contoh mobil dengan tipe 4X2 yang laku keras yakni Xpander Cross, HR-V, dan All New Avanza.

https://extension.jp.net/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*