Terhitung sudah tiga tahun sejak 5G pertama kali diluncurkan di Indonesia. Namun hingga sekarang cakupannya belum meluas.
Semua operator seluler di Indonesia sudah mengadopsi jaringan ini. Namun penggunaannya masih berdasarkan lokasi tertentu saja.
Melalui pemaparan yang disampaikan Direktur Pengembangan Pita Lebar Kementerian Kominfo, Marvels Parsaoran Situmorang, cakupan pemukiman dengan sinyal 5G baru 2,5%. Ini masih sangat kecil dibandingkan dengan jaringan lain, seperti 4G yang mencapai 96,84%.
Jumlah site 5G di Indonesia juga masih sedikit, yakni mencapai 376 site. Berbanding dengan 4G yang sudah lebih dari 442 ribu site.
Marvels menjelaskan jaringan 5G memiliki perbedaan dengan jaringan sebelumnya. Jaringan ini memiliki kasus penggunaan yang harus dilihat permintaan dan pasokannya juga.
“Use case itu mungkin kalau saya lah sebagai pebisnis, saya sebagai operator demand-nya sudah ada belum? Ya kan? Misalnya salah satu use case mungkin nanti di IKN itu ya bus yang tanpa awak yang bisa jalan sendiri itu berjalan di 5G dengan sensor-sensor,” kata Marvels dalam acara Ngopi Bareng Kementerian Kominfo, Jumat (2/8/2024).
Selain itu juga ada alasan dari segi infrastruktur pendukung. Infrastruktur harus terhubung dengan backhaul yang handal dan tidak bisa dengan teknologi di bawah itu.
Dengan begitu, jaringan 5G yang dihasilkan akan menghasilkan perkembangan signifikan dari jaringan sebelumnya. Mulai dari latensi kecil dan kualitas terbaik.
“Faktor penyebab lainnya infrastruktur pendukungnya belum cukup juga karena sensor-sensor itu harus terhubung oleh backhaul yang andal. Tidak boleh lagi pakai microwave harus fiber itu di bawah itu. Jadi karena dia latensinya harus kecil dan dia sarat dengan kualitas ya, harus dengan kualitas maka ini juga menjadi faktor penyebab,” jelasnya.