Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyadari adanya permintaan domestik untuk sektor manufaktur yang melemah dalam beberapa bulan terakhir. Dugaan sementara ini menjadi alasan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia kontraksi.
“Saya ingin dicari betul penyebab utamanya dan segera diantisipasi karena penurunan PMI ini saya lihat sudah terjadi sejak 4 bulan terakhir,” ungkap Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Garuda, Nusantara, Senin (12/8/2024)
“Betul-betul dilihat kenapa permintaan domestik melemah, bisa karena beban impor bahan baku yang tinggi karena fluktuasi rupiah atau adanya juga serangan produk-produk impor yang masuk ke dalam negara kita,” terangnya.
Diketahui, S&P Global pada Kamis (1/8/2024) telah merilis data PMI Manufaktur Indonesia, yang menunjukkan jatuh dan terkontraksi ke 49,3 pada Juli 2024. PMI Manufaktur Indonesia terus memburuk dan turun selama empat bulan terakhir yakni sejak April-Juli 2024.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi atau berada di zona negatif.
Jokowi menilai perlunya upaya untuk meningkatkan penggunaan produk lokal, terutama belanja pemerintah. Sementara di sisi lain, situasi permintaan global melemah.
“Sehingga penting belanja produk lokal sekali lagi saya tekankan kemudian penggunaan bahan baku lokal dan juga perlindungan terhadap industri dalam negeri kita, dan mungkin juga karena permintaan dari ekspor atau dari luar negeri melemah ini karena terjadi gangguan rantai pasok atau perlambatan ekonomi terhadap mitra-mitra dagang utama kita,” paparnya.
Jokowi juga meminta agar pencarian pasar non tradisional juga terus ditingkatkan.