Jutaan sumur minyak dan gas yang terbengkalai di Amerika Serikat (AS) kini menimbulkan masalah bagi negeri itu. Risiko lingkungan dan kesehatan masyarakat yang serius muncul.
Bahkan untuk mengatasi hal tersebut pemerintah AS harus mengeluarkan biaya hingga US$ 280 miliar (sekitar Rp 4.348 triliun). Biaya ini bengkak dari semula US$ 4,7 miliar.
Bagaimana ini terjadi?
Diketahui AS sendiri sudah memproduksi minyak dan gas selama 150 tahun. Dari keseluruhan, ada jutaan sumur yang sudah dinonaktifkan dan tersebar di seluruh negeri.
Meskipun yang dihasilkan tidak banyak, namun diyakini sumur-sumur itu sebenarnya masih sangat produktif. Sayangnya, apa yang mereka hasilkan adalah “kotak pandora racun” yang mengancam kesejahteraan manusia dan lingkungan setempat
“Lokasi-lokasi pencemaran warisan ini merupakan bahaya lingkungan,” bunyi pernyataan situs Departemen Dalam Negeri AS yang didedikasikan untuk sumur-sumur terlantar, dikutip Oil Price, Selasa (20/8/2024).
“Lokasi-Lokasi membahayakan kesehatan dan keselamatan publik dengan mencemari air tanah, mengeluarkan gas-gas berbahaya seperti metana, mengotori lanskap dengan peralatan berkarat dan berbahaya, menciptakan risiko banjir dan lubang pembuangan, serta membahayakan satwa liar,” jelasnya.
Banyak dari sumur-sumur ini, tidak lagi memiliki pemilik resmi. Akhirnya penghentian operasionalnya menjadi tanggung jawab pemerintah AS.
Meskipun negara ini telah membuat terobosan untuk mengatasi masalah sumur-sumur terlantar yang meluas dan terus berkembang, terutama melalui Undang-Undang Infrastruktur Bipartisan terbaru dari Pemerintahan Presiden Joe Biden, ini belum membuahkan hasil. Bahkan anggaran yang ada masihlah minim.
Dari laporan Crabon Tracker di 2020 ada 2,6 juta sumur minyak AS di daratan yang belum disegel. Ini belum ditambah dengan 1,2 juta lain yang tak berdokumen.
Untuk 2,6 juta sumur saja, alokasi biaya yang harus dikeluarkan AS mencapai US$ 280 miliar. Sementara budget pemerintah Biden dalam Undang-Undang Infrastruktur Bipartisan hanya US$ 4,7 miliar.
Terlebih lagi, banyak sumur yang telah ditutup sekarang jebol. Menurut laporan Reuters di Texas Barat misalnya, selama dua tahun terakhir, semakin banyak sumur terbengkalai mulai meluap atau bahkan menyemburkan air seperti geyser, membentuk danau yang mengandung garam dan bahan kimia atau menyebabkan lubang pembuangan.
“Ada beberapa kemungkinan penjelasan untuk fenomena ini. Yang pertama adalah bahwa The Railroad Commission (RRC), yang entah mengapa merupakan badan regulasi yang mengawasi operasi minyak dan gas di Texas, telah melakukan pekerjaan yang buruk pada proses penyegelan,” kata jurnalis Haley Zaremba dalam analisanya.
“Karena tidak adanya pemilik yang tercatat untuk sumur minyak dan gas yang terbengkalai, RRC secara hukum bertanggung jawab atas penyegelannya yang tepat,” ujarnya.
“Masalah utama kedua tampaknya berasal dari peningkatan tekanan bawah tanah dari ledakan serpih di wilayah tersebut. Ketika rekahan hidrolik digunakan untuk mengekstraksi minyak dan gas, sejumlah besar air menyembur keluar dari sumur bersamanya,” jelasnya lagi.
“‘Air limbah’ asin ini mengandung unsur-unsur berbahaya seperti radium dan boron, dan sebagian besar dipompa kembali ke dalam tanah. Namun jika dipompa terlalu dalam, berisiko memicu gempa bumi. Dan jika dipompa terlalu dangkal, tekanan bawah tanah meningkat, dan sumur yang disegel dengan buruk mulai meledak,” tambahnya.
RRC sendiri menepis laporan terkait kelalaiannya soal penanganan sumur minyak dan gas zombi di AS ini. Sementara Badan Perlindungan Lingkungan AS masih melakukan penyelidikan lebih dalam.