Pergerakan rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) masih potensi menguat setelah rilis data inflasi produsen AS melandai lebih baik dari perkiraan.
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan kemarin, Selasa (13/8/2024) rupiah menguat tajam 0,75% ke posisi Rp15.830/US$. Penguatan ini menghantarkan rupiah ke titik terkuatnya selama 4,5 bulan terakhir atau semenjak 26 Maret 2024.
Penguatan rupiah kemarin yang cukup kuat terjadi di tengah penantian investor terhadap membaiknya data inflasi AS yang meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve.
Semalam, Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja melaporkan data Indeks harga produsen (PPI) untuk permintaan akhir naik tipis 0,1% pada periode Juli setelah naik 0,2% tanpa revisi pada Juni.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PPI naik 0,2%. Dalam 12 bulan hingga Juli, PPI meningkat 2,2% setelah naik 2,7% pada Juni.
Harga produsen AS meningkat kurang dari yang diharapkan pada Juli karena biaya jasa turun paling banyak dalam hampir sekitar satu tahun di tengah tanda-tanda menurunnya daya penetapan harga untuk bisnis, ini menjadi bukti memudarnya tekanan inflasi yang memperkuat harapan penurunan suku bunga bulan depan.
Data rilis inflasi produsen ini kemudian akan disusul inflasi konsumen pada nanti malam, Rabu (14/8/2024). Konsensus Trading Economics memperkirakan inflasi AS tahunan akan turun 0,1 basis poin menjadi 2,9% year-on-year (yoy) pad Juli 2024 dari sebelumnya 3% yoy.
Sementara AS akan mengalami inflasi secara bulanan menjadi 0,2% setelah sebelumnya deflasi 0,1%. Inflasi inti AS diperkirakan akan menjadi 3,2% yoy dibanding bulan sebelumnya 3,3% yoy.
Kedua data ini dinilai penting dalam mempertimbangkan kebijakan moneter The Fed. yang akan diumumkan pada September. Para pelaku pasar meyakini akan ada pemangkasan suku bunga pada pertemuan bulan tersebut.
Pasar keuangan mengantisipasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 hingga 50 basis poin pada September, diikuti oleh pemangkasan serupa pada pertemuan November dan Desember.
Berdasarkan perangkat Fedwatch, peluang The Fed memangkas suku bunga pada Desember sangat besar. Bahkan lebih besar kemungkinan bank sentral AS itu menurunkan suku bunga sebanyak 50 basis poin menjadi 4,75% – 5,00% sebesar 51,5% dari saat ini 5,25%-5,50%.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal, rupiah masih kokoh dalam tren penguatan, jika ini berlanjut, maka rupiah potensi bisa menguji support terdekat di Rp15.770/US$ yang didapatkan dari garis horizontal low candle intraday 22 Maret 2024.
Sementara itu, untuk mengantisipasi jika ada pembalikan arah atau pelemahan rupiah bisa dicermati posisi Rp15.905/US$ yang merupakan resistance dari garis rata-rata selama 50 jam atau Moving Average/MA 50.