
Menteri Transmigrasi (Mentrans) Muhammad Iftitah Sulaiman membuka kemungkinan perbaikan Memorandum of Understanding (MoU) dengan pabrik gula terbesar di Nusa Tenggara Timur (NTT), PT Muria Sumba Manis (MSM).
Sebelumnya, telah disepakati MoU pada tahun 2017 antara PT MSM dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
“Jadi MoU di situ pada tahun 2017 pemanfaatan lahan transmigrasi 2.000 hektare. Nah, ini kami sedang perbaharui, kami sudah diskusi beberapa kali dengan PT Muria Sumba Manis,” ujar Mentrans seusai panen raya tebu di kawasan Transmigrasi Melolo yang diinisiasi PT MSM, di Sumba Timur, Selasa.
Mentrans menegaskan agenda besar pemerintahan di bawah Presiden Prabowo Subianto hendak melakukan transformasi transmigrasi yang tidak lagi hanya sekadar perpindahan penduduk, tetapi juga industrialisasi besar-besaran, khususnya di luar Pulau Jawa.
Para transmigran disebut akan menjadi tenaga kerja seiring tetap melibatkan masyarakat lokal.
“Dalam konteks itu kami kemudian mencari sebagai quick win pilot project itu konkretnya seperti apa? Kami pelajari dokumen-dokumen, ternyata pendahulu kami Menteri (Desa dan PDTT) saat itu sudah melakukan MOU dengan PT Muria Sumba Manis,” kata Iftitah.
Perubahan dalam MoU yang dimaksud ialah menyepakati penyerapan para transmigran sebagai tenaga industri di wilayah tersebut, tidak hanya memanfaatkan lahan transmigrasi saja.
Berdasarkan hasil diskusi, PT MSM disebut sudah menyanggupi permintaan pemerintah, tinggal menunggu MoU itu disahkan.
Ke depan, pihaknya menargetkan 50 persen Hak Guna Usaha (HGU) PT MSM dan 50 persen Hak Pengelolaan Kementrans di kawasan Transmigrasi Melolo dapat dikembangkan. Iftitah memproyeksikan kawasan tersebut mampu menyerap 11.200 tenaga kerja dengan total luas lahan 10-16 ribu hektare (ha) dalam waktu 6-7 tahun mendatang.
Karena itu, dirinya mengundang Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) turut hadir ke kawasan Transmigrasi Melolo guna mendukung pembentukan ekosistem yang dibentuk dengan dukungan industri.
“Ekosistem yaitu nanti ada pemusatan permukiman, dalam pemusatan pemukiman itu di situ ada sekolahnya, kemudian di situ ada tempat ibadahnya, kemudian di situ ada pasarnya, sehingga ada efisiensi dan efektivitas,” ujar dia pula.
“Mobilitas penduduk juga pada saat bekerja dan berkehidupan. Ini juga sudah dicontohkan oleh PT MSM sendiri terhadap para pekerjanya. Nanti masyarakat lokal utamanya itu akan mendapatkan insentif seperti itu, dari pemerintah melalui program transmigrasi,” ujar Mentrans.