Petani sawah di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggelar ritual adat “murok jerami”, sebagai ungkapan syukur atas hasil panen padi organik mereka.
“Murok jerami merupakan tradisi warga Suku Mengkanau, suku asli Desa Namang yang hingga kini tetap dilestarikan secara turun-temurun,” kata Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Hidayat Arsani saat menghadiri panen raya padi organik dan murok jerami di Namang, Selasa.
Tradisi tersebut dilaksanakan dengan cara mengumpulkan jerami dan menggelar doa bersama yang diyakini membawa berkah sekaligus mempererat kebersamaan warga.
Panen raya yang digelar Kelompok Tani Petani Sahabat Adhyaksa bersama Gapoktan Namang Sebelukar melibatkan 175 petani dengan luas lahan 53 hektare. Dari panen itu diperkirakan dihasilkan 278,78 ton gabah organik.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan sekaligus melestarikan budaya lokal murok jerami,” katanya.
Ia menambahkan, panen padi organik binaan Kejati Babel tersebut sejalan dengan instruksi Presiden RI mengenai penguatan ketahanan pangan.
“Kehadiran Forkopimda juga menjadi motivasi, dan dua bulan lagi kita kembali panen dengan luas lahan mencapai 535 hektare,” ujarnya.
Menurut Hidayat, dukungan pembiayaan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) diharapkan dapat membantu meringankan biaya produksi sekaligus menekan laju inflasi di Babel.
“Apalagi saat ini harga beras nasional sedang tinggi. Panen raya ini diharapkan dapat menambah ketersediaan beras lokal dan masyarakat bisa memperoleh beras dengan harga lebih terjangkau,” katanya.
Kepala Kejaksaan Tinggi Babel Sila H Pulungan menegaskan pihaknya akan terus mendukung program ketahanan pangan melalui pendampingan hukum bagi petani.
“Kejaksaan mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto agar program pemerintah benar-benar sampai ke petani. Kami ingin memastikan mereka dapat bertani dengan aman dan nyaman sehingga hasil panen meningkat,” ujarnya.