Rusia berhasil menangkap tersangka pelaku bom yang menewaskan salah satu petinggi militernya, Letnan Jenderal Igor Kirillov, Rabu (18/12/2024). Hal ini terjadi sehari setelah aksi ledakan itu dilakukan.
Dalam laporan Reuters, dengan menggunakan mantel musim dingin, tersangka mengatakan ia datang ke Moskow atas perintah dinas intelijen Ukraina (SBU). Ia kemudian membeli skuter listrik, dan kemudian menerima alat peledak rakitan untuk melakukan serangan beberapa bulan kemudian.
Pelaku, yang merupakan warga Uzbekistan, menjelaskan bagaimana dirinya meletakkan perangkat itu di skuter listrik yang diparkirnya di luar pintu masuk blok apartemen tempat Kirillov tinggal.
Ia mengatakan Ukraina telah menawarinya US$100.000 (Rp1,6 miliar) untuk perannya dalam pembunuhan dan tempat tinggal di sebuah negara Eropa.
“Saya telah memasang kamera pengintai di mobil sewaan di dekatnya dan para dalang penyelenggara pembunuhan, yang bermarkas di kota Dnipro, Ukraina, telah menggunakan kamera itu untuk mengawasi apa yang sedang terjadi,” ungkap pria tersebut, tanpa menjelaskan namanya.
Penyidik mengatakan mereka mengidentifikasi orang lain yang terlibat dalam pembunuhan itu dan surat kabar harian Kommersant melaporkan bahwa satu tersangka lainnya telah ditahan. Reuters tidak dapat mengonfirmasi hal itu secara independen.
Kirillov, 54 tahun, adalah perwira militer Rusia paling senior yang dibunuh di Rusia oleh Ukraina. Ia adalah Kepala Pasukan pertahanan radioaktif, kimia, dan biologi Rusia, yang dikenal sebagai RKhBZ
Letnan Jenderal itu dituding oleh Kyiv menjadi motor serangan kimia dalam perang Rusia-Ukraina, yang hampir memasuki 3 tahun lamanya. Klaim ini dibantah keras oleh Moskow.
Kirillov juga tercantum dalam basis data tidak resmi Ukraina yang luas tentang orang-orang yang dianggap sebagai musuh negara yang disebut Myrotvorets (Pembawa Perdamaian). Sebuah foto Kirillov di situs web itu ditimpa kata “Dilikuidasi” dengan huruf merah pada Selasa pagi.
Atas pembunuhan Kirillov, mantan presiden Dmitry Medvedev, yang sekarang menjadi pejabat keamanan senior Rusia, mengatakan bahwa kepemimpinan militer dan politik Ukraina sekarang akan menghadapi pembalasan yang mendesak atas pembunuhan ini.