
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa ia tidak keberatan jika Filipina dan China rukun di tengah ketegangan yang terus berlangsung antara kedua negara tersebut terkait sengketa di Laut China Selatan.
“Saya tidak keberatan jika dia (Presiden Ferdinand Marcos) rukun dengan China, karena kami juga menjalin hubungan sangat baik dengan China,” kata Trump saat menjamu Marcos di Gedung Putih, Selasa (22/7) waktu setempat.
Pertemuan tersebut merupakan bagian dari kunjungan resmi Marcos selama tiga hari ke Amerika Serikat, di mana kedua negara juga menyelesaikan perjanjian dagang. Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Trump memberlakukan tarif impor sebesar 19 persen terhadap produk dari negara Asia Tenggara itu.
“Tidak ada kebutuhan untuk menyeimbangkan hubungan kami antara Amerika Serikat dan China. Kebijakan luar negeri kami bersifat independen,” ujar Marcos kepada wartawan saat duduk di sebelah Trump, menurut pernyataan dari Kantor Komunikasi Kepresidenan Filipina.
Menanggapi Macros, Trump berkata: “Saya pikir dia harus melakukan apa yang baik untuk negaranya. Saya selalu berkata, Anda tahu, jadikan Filipina hebat kembali. Lakukan apa pun yang perlu dilakukan.”
Filipina, sekutu militer Amerika Serikat sejak lama di kawasan Asia-Pasifik, menjadi tuan rumah bagi tentara AS dan memberikan akses ke pangkalan militernya. Kedua negara telah menjalin perjanjian pertahanan bersama sejak tahun 1951.
Menanggapi kerja sama yang semakin erat antara AS dan Filipina, Beijing mendesak kedua negara agar memastikan kemitraan mereka tidak menargetkan atau merugikan pihak ketiga mana pun, di tengah meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.
Kapal-kapal China dan Filipina telah terlibat dalam serangkaian konfrontasi maritim di perairan yang disengketakan dan kaya mineral tersebut, di mana kedua negara mengklaim wilayah yang saling tumpang tindih.
Sumber: Anadolu