Yusuf Islam Sampai Damon Albarn Rilis Album Tanpa Musik, Ini Isinya

Pengunjung memilih piringan hitam di sebuah toko musik Paper Pot Record di kawasan Blok M, Jakarta, Senin (1/11/2021). Toko tersebut menjual koleksi piringan hitam yang diproduksi pada tahun 1950-an dengan harga Rp75 ribu hingga Rp200 ribu per keping, totalnya dengan koleksi sekitar 10.000 pirangan hitam. Toko piringan hitam di Jakarta yang masih tergolong baru ini terletak di dalam Blok M Plaza lantai 4, Bulungan, Jakarta Selatan. Menggunakan strategi cheapo box dimana puluhan rak berisi piringan hitam bekas dijual satuan hanya seharga 75rb, Paper Pot Records bisa menjadi pilihan kamu yang penasaran sama piringan hitam dan ingin membeli piringan hitam pertama untuk dikoleksi. Menurut pemilik, Ardi (31) selain ratusan piringan hitam murah, Paper Pot juga menjual beberapa piringan hitam yang tergolong langka dengan harga yang cukup miring untuk genre hip hop, rock, dan jazz
Foto: Penjualan Piringan Hitam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Pemerintah Inggris mendorong rencana untuk menarik lebih banyak perusahaan AI ke negaranya dengan mengubah undang-undang hak cipta.

Perubahan yang diusulkan memungkinkan pengembang untuk melatih model AI pada konten artis yang ditemukan secara online, tanpa izin atau hak cipta, kecuali jika artis secara proaktif memilih untuk tidak berpartisipasi.

Atas dasar itu, awal pekan ini kelompok yang terdiri dari 1.000 musisi Inggris merilis sebuah “album bisu” untuk memprotes rencana tersebut.

Album yang berjudul “Is This What We Want?”, menampilkan lagu-lagu dari Kate Bush, Imogen Heap, dan komposer klasik kontemporer Max Richter dan Thomas Hewitt Jones.

Album ini juga menampilkan kredit penulisan bersama dari ratusan nama lainnya, termasuk nama-nama besar seperti Annie Lennox, Damon Albarn, Billy Ocean, The Clash, Mystery Jets, Yusuf Islam/Cat Stevens, Riz Ahmed, Tori Amos, dan Hans Zimmer.

Para seniman mengumpulkan rekaman studio dan ruang pertunjukan yang kosong, menjadi sebuah representasi simbolis dampak dari perubahan undang-undang hak cipta yang direncanakan.

“Anda dapat mendengar kucing-kucing saya bergerak,” demikian Hewitt Jones menggambarkan kontribusinya dalam album ini, dikutip dari TechCrunch, Rabu (26/2/2025).

Untuk lebih memperjelasnya, judul-judul dari 12 lagu yang ada dalam album ini mengutarakan sebuah pesan seperti pemerintah Inggris tidak boleh melegalkan pencurian musik untuk menguntungkan perusahaan-perusahaan AI.

Album ini hanyalah langkah terbaru soal aturan bagaimana hak cipta ditangani dalam pelatihan AI. Protes serupa sedang berlangsung di negara lain, seperti AS, yang menyoroti keprihatinan atas hadirnya AI di antara para seniman.

Ed Newton-Rex, yang mengorganisir proyek ini, secara bersamaan telah memimpin kampanye yang lebih besar untuk menentang pelatihan AI tanpa lisensi.

Sebuah petisi yang ia mulai sekarang telah ditandatangani oleh lebih dari 47.000 penulis, seniman visual, aktor, dan lainnya di industri kreatif, dengan hampir 10.000 di antaranya mendaftar hanya dalam lima minggu terakhir sejak pemerintah Inggris mengumumkan strategi AI-nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*