Rupiah terpantau anjok terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah data pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan naik di atas ekspektasi pasar serta sikap wait and see pelaku pasar soal inflasi Indonesia hari ini.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah pada pukul 09:21 WIB ambruk 0,65% di angka Rp15.550/US$ pada hari ini, Senin (2/9/2024). Posisi ini juga sejalan dengan yang terjadi pada penutupan perdagangan kemarin (30/8/2024) yang terdepresiasi 0,26%.
Pelemahan rupiah di pagi hari ini tak lepas dari indeks dolar AS (DXY) yang merangkak naik ke posisi 101,74. Apresiasi DXY juga bahkan telah terjadi sejak 27 Agustus 2024.
Kenaikan DXY ini terjadi di tengah data perkiraan kedua PDB AS untuk kuartal II-2024 yang tumbuh di atas ekspektasi pelaku pasar.
PDB AS tumbuh di angka 3% Quarter-over-Quarter (QoQ) naik dari kuartal sebelumnya di angka 1,4% QoQ.
Pertumbuhan PDB AS ini jauh dari ekspektasi pasar, ditambah dengan isu krisis yang sedang mencuat. Bahkan angka ini jauh dari prediksi konsensus Trading Economics di angka 2,8%.
Di lain sisi, hari ini pelaku pasar menunggu data inflasi Indonesia yang diperkirakan masih akan terjadi secara tahunan namun secara bulanan, beberapa ekonom memperkirakan terjadi deflasi.
Jika deflasi kembali terjadi, hal ini tentu tidak memberikan sentimen positif bagi pasar domestik dan dapat memengaruhi perspektif investor termasuk flow yang masuk ke RI.